Minggu tepatnya tanggal 29 november 2009 jam 05.30 di sebuah klinik ber plang BIDAN AGUNG SIAP MELAYANI 24 JAM. Jari lentikku memencet sebuah bel yang mana di bawah bel tersebut terdapat sebuah tulisan yang bertuliskan " pencet bel satu kali" pada awalnya che aku memencet bel itu satu kali. Aku dan kakakku menunggu didepan klinik tersebut. namun apa setengah jam aku menunggu dokter itu tak kunjung datang menghampiri kami. Saya pun memencet bel lagi suara bel di klinik itu begitu nyaring dan sangat menggelegar. Akhirnya pun dokter itu keluar. Buruknya bukannya senyum menunjukkan tuan rumah yang ramah e...malah besengut dan dengan suara yang sangat menyentak perasaan kami dia berkata " mbak gak bisa baca ya... pencetlah bel satu kali, dasar gak punya aturan." Hatikupun seperti teriris menjadi beberapa bagian. Dengan santainya aku mejawab " bel anda ce...terlalu indah untuk didengarkan" Dokter pun menyuruh aku masuk akupun masuk dengan memandang wajah dokter itu dengan tatapan yang sangat tajam. Kemudian dokter itu menyuruhku berbaring dan menyuruhku tuk menjulurkan lidahku. Selayaknya dokter pada umumnya dia mengukur detak jantungku degan stetoskopnya yang masih ngejreng akupun bertanya pada si dokter " dok stetoskopnya baru ya..." dia pun menjawab " heh asalkan kamu tahu ya stetoskop ini menemanikiku sudah hampir 10 tahun. "ya kan masih hampir" jawabku dengan na menyindir. Dokter itupun pergi untuk mengambil obat Wa kasar banget masak nutup pintu laci sampai berbunyi BRAAAAK sampai-sampai aku kaget. Katanya orang disampingku dokter itu memang kurang ramah sama orang lain. Dalam hati aku berkata ya Allah bukakanlah pintu hati dokter ini" setelah itu dia memanggiku akupun duduk di depan dokter itu. ketika dia menulis aturan minum obatku aku bertanya " dok aku sakit apa???? apa aku terkena mutaber atau diare??" lagi-lagi dia menjawab dengan jawaban yang sngat menyakitkan " kamu ini bodoh ya kamu kan sekarang merasakan sakit perutkan ya da itu penyakitmu, ni obatnya minum secara teratur pake air trus jangan makan yang kasar-kasar semuanya habis 30.000." Akupun membayarnya obat itu dengan uang pas, akupun keluar dengan menutup pintu sekeras-kerasnya menandakan kalau aku marah sama dia aku tak hiraukan kalau nantinya dia dan orang-orang yang sedang ngantri nunggu giliran menganggapku kurang sopan atau yang lainnya. Yang terpenting waktu itu aku bisa melampiaskan kemarahanku. Di sepanjang jalan aku terus berkata sama kakakku " kak tahu gitu aku gak bakalan periksa disana seumur-umur aku gak pernah dihina kayak gitu baru kali ini dokter Agung yang terhormat itu yang berani-beraninya bilang begitu. Aku berjanji aku gak bakalan periksa di dokter itu lagi." kakakku hanya tersenyum mendengar ocehanku. Aku peggggggEeeelllllll aku benciiiii sama diaaaaaaa.
0 komentar:
Posting Komentar